Inilah tempat dimana kami tumbuh, mencoba membuka rahang kami untuk dapat berteriak kepada kreativitas rutinitas di dunia Mata Pena Inne Dongwha. Tempat yang jauh dari kenyataan yang harus dikeloni untuk mencapai mimpi yang sempurna. Cukup sunyi di alam ini, sedikit keseriusan dalam pijakan kenyataan, lebih banyak usikan bathin yang menggejolak diantara luasnya laut dan rerimbunan lebat daun Benuo Taka. Namun ketika pagi datang, banyak embun turun menjelma merasuki raga kami untuk eksploitasi jati diri. Semuanya itu tertuang di khatulistiwa yang terik akan perkataan dan panas akan ubun-ubun rasa. Namun di jiwa kami, terus berkobar semangat akan jejak yang harus dibuat kepada: ejaan, huruf, kata, kalimat dan seterusnya, dan seterusnya, dan seterusnya entah sampai kapan………
0 komentar:
Posting Komentar